e
“Tekad kami laksana mata panah yang dilepaskan dari busur, ibarat pedang yang terhunus tajam, bagaikan tombak yang dilontarkan, seperti butiran peluru yang ditembakkan, bak mata pena yang tajam, dan pisau belati yang selalu tajam.
Inilah tekad kami, berjuang demi Islam, atas nama Islam, demi kejayaan Islam…!!!”
Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kedzaliman yang akan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini darah ini sepenuh ridha di hati
Perjuangan adalah pengorbanan. Tiada berjuang tanpa berkorban. Seperti halnya perjuangan, dakwah juga selalu membutuhkan pengorbanan. Akan banyak rintangan yang menantang, akan banyak aral yang menghadang, dan akan banyak cobaan yang datang. Hal tersebut sudah menjadi suatu hal yang pasti dari Allah. Karena dari semua itu, sempurna atau tidaknya iman seseorang dapat di ukur.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. “ (Al-Baqarah:214)
Kami adalah panah-panah terbujur yang siap dilepaskan dari busur
Tuju sasaran siapapun pemanahnya
Kami adalah pedang-pedang terhunus yang siap meraih menebas musuh
Tiada perduli siapapun pemegangnya
Asalkan ikhlas di hati meraih ridha illahi rabbi
Dakwah adalah perang. Perang antara kebaikan melawan keburukan. Amar ma’ruf nahi munkar. Siapapun –setiap muslim– harus siap setiap saat, karena dalam situasi apapun muslim selalu berperang. Muslim harus gesit dalam mencapai hakekat kehidupannya –beribadah hanya kepada dan untuk Allah–, seperti mata panah yang meluncur dari busur tepat menuju sasaran. Muslim juga harus tegas dalam membedakan antara yang haq dan batil, seperti pedang yang tajam yang siap menebas apapun yang menghalanginya. Kedua sisinya mampu melaksanakan tugas masing-masing, mampu membedakan mana yang perlu ditebas dengan sisi yang tajam dan mana yang hanya butuh sentuhan sisi tumpulnya. Kuncinya adalah dengan mengasah hati kita dengan keikhlasan agar semakin peka membedakan yang haq dan yang batil.
Kami adalah tombak-tombak berjajar yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan
Kami adalah butir-butir peluru yang siap ditembakkan dan melaju
Dan mengoyak menumbang kedzaliman
Asalkan ikhlas dihati berjumpa wajah illahi rabbi
Ya, kita adalah tombak-tombak Islam yang berjajar rapi dengan matanya yang tajam. Yang siap menunggu perintah untuk dilontarkan dan menghujam segala keangkuhan. Dengan barisan kita yang rapi kita akan menggetarkan hati musuh-musuh Islam. Membuat mereka mundur sebelum maju dengan penuh ketakutan di wajah mereka. Kerinduan kita akan menatap wajah indahNya membuat kita rela menjadi peluru-peluruNya. Siap untuk ditembakkan, melaju, menembus, mengoyak, dan menumbangkan kedzaliman di bumi Allah.
Kami adalah mata pena yang tajam yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapan keadilan
Kami pisau belati yang selalu tajam bak kesabaran yang tak pernah padam
Tuk arungi dakwah ini jalan panjang
Asalkan ikhlas di hati menuju jannah illahi rabbi
Ketajaman sebuah pedang dapat dikalahkan oleh kelihaian ucapan lidah. Namun kelihaian itu tidaklah cukup untuk mengalahkan musuh-musuh kita di jaman sekarang. Kita membutuhkan media untuk menunjang perjuangan. Alirkan dan tuangkan semangat kita dalam bentuk tulisan. Dan kita adalah media-media tersebut. Media keadilan yang akan menyiarkan kebenaran di mana dan kemana saja. Media yang akan mengungkap semua kebohongan dan menjungkirbalikkan propaganda dan dogma sekuler-liberal. Juga bekali diri kita dengan pisau belati keimanan dan ketaqkwaan agar kita bisa dengan mudah menangkis serangan-serangan musuh. Karena untuk menuju jannahNya tidaklah mudah, memerlukan tenaga dan pikiran ekstra, menempuh jalan panjang dan berliku.
.::00.56.DuaTigaJanuariDuaRibuDelapan::.
Saat jiwa merindukan menatap wajahNya
Saat jiwa merasa muak dengan kekejaman Zionis laknatulLah
Saat jiwa hanya bisa membaca sedih berita Palestina