Judul: Linguae (Sejumlah Cerita)
Penulis: Seno Gumira Ajidarma (SGA)
Cetakan: Maret, 2007
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Menyimak nama penulisnya sudah barang tentu menjadi jaminan kualitas isi dari buku ini. Buku ini berisi sejumlah cerita, tepatnya 14 (empatbelas) cerita yang mengagumkan. Bukan bermaksud untuk melebih-lebihkan, tapi memang kenyataan berbicara seperti itu. 10 (sepuluh) dari 14 (empatbelas) cerita dalam buku ini pernah terpublikasikan di 2 (dua) koran nasional terbesar: Kompas dan Koran Tempo, dan terdepan dalam publikasi karya sastra (cerpen dan puisi). Boleh dikata, seseorang belum bisa disebut sebagai pengarang kaliber nasional jika karyanya belum terbit di 2 (dua) koran tersebut.
Sejumlah cerita dalam buku ini memiliki ciri khas masing-masing dan tidak terfokus pada satu tema. Tema cinta lebih mendominasi sejumlah cerita dalam buku ini, meski beberapa tema lain hadir pula dalam beberapa cerita, seperti kemiskinan, wabah penyakit, dan seputar kehidupan. Tiap cerpen menceritakan aneka kisah dan menyimpan aneka makna. Pembaca bebas menafsirkannya. Cerita-cerita di dalam buku ini sarat metafor dan sangat di luar batas nalar. Sejumlah cerita meski puitis sering tanpa akhir yang jelas. Tapi, itulah salah satu kenikmatan ketika membaca buku ini.
Keempatbelas cerita tersebut adalah:
1. “Cermin Maneka”. Maneka memiliki cermin ajaib milik yang bisa membawanya ke berbagai tempat (mirip pintu kemana saja Doraemon). Maneka yang merasa hari-harinya membosankan dan menyebalkan berharap ada perubahan dalam kehidupannya. Dan, taraaa… cermin ajaib Maneka memberikan jalan keluar. Maneka berhasil keluar dari kehidupan yang membosankan dan menjelajahi indahnya hutan, pantai, dan padang rumput. Namun pada suatu senja, cermin Maneka membawanya menuju sebuah tempat yang dipenuhi mayat dan membuatnya berderai airmata.
2. “Cintaku Jauh Di Komodo”. Pernahkah Anda membayangkan kekasih Anda adalah seekor Komodo? Dalam cerita ini SGA menyajikannya. Sepasang kekasih yang ditakdirkan selalu bersama dan setiap kali mati lalu dihidupkan kembali dalam wujud manusia mereka selalu bisa saling mengenali kemudian bersatu. Namun, pada kehidupan yang kesekian mereka bertemu dalam wujud yang berbeda: manusia dan komodo. pada akhirnya sang manusia menyerahkan jiwanya untuk dimakan komodo kekasihnya sebagai wujud pengorbanan cinta.
3. “Rembulan dalam Cappuccino”. Sebuah kafe menyediakan rembulan sebagai menu utamanya: rembulan dalam cappuccino. Namun di kota cahaya, tidak seorang pun yang masih peduli rembulan itu ada atau tidak kecuali orang-orang romatis dan sok romantis. Dan rembulan menjadi pengobat kesedihan bagi orang-orang romantis yang merasa terbuang karena perpisahan -perceraian.
4. “Tong Setan”. Anda pasti tahu apa itu tong setan. Dalam cerita ini Anda akan dibawa berputar dan terus berputar seperti perputaran sepasang sepeda motor dalam tong setan yang juga berputar dan terus berputar sampai kesetanan sampai tidak bisa dibedakan mana yang setan dan mana yang kesetanan.
5. “Badak Kencana”. Mitos dewa badak yang melindungi badak-badak di Ujung Kulon dari kepunahan. Bagaimana bdak kencana akan selalu muncul setiap kali jumlah badak sampai pada titik kritis kemudian mengawini badak betina. SGA menyelipkan informasi tentang penculikan dan penemuan mayat di sekitar Ujung Kulon di dalam cerita ini. Khas SGA.
6. “Senja di Pulau Tanpa Nama”. Merasakan perasaan mencintai seseorang yang tidak diketahui siapa nama dan dimana tinggalnya. Merasakan perasaan ragu atas cinta dan diri sendiri. Semua itu ada dalam cerita ini.
7. “Linguae”. Diceritakan bahwa cinta hanya memiliki arti ketika seseorang masih memiliki lidah. Cinta mungkin tidak perlu kata-kata tetapi bagaimana nasib cinta jika para pecinta kehilangan lidahnya?
8. “Joko Swiwi”. Joko Swiwi lahir tanpa jelas siapa ayahnya. Lahir telah memiliki sepasang sayap dan bisa langsung tertawa. Ia menjadi kebanggaan desa dan mengangkat desanya dari keterpurukan. Lalu terjadilah bencana di luar desa yang mengakibatkan semua burung (dan makhluk bersayap lainnya) mati mendadak. Warga luar desa yang iri pada desa Joko Swiwi yang maju pesat menuduh Joko Swiwi sebagai penyebab wabah tersebut. Dan diburulah Joko Swiwi oleh warga luar desa.
9. “SimSalabim”. Sebuah wilayah bencana yang kehidupan warga dan daerahnya tidak pernah pulih seperti semula (meski sudah berganti presiden dan banyak pejabat yang berkunjung) kedatangan seorang tukang sulap yang kebetulan melewati wilayah tersebut. Warga yang tidak tahu lagi harus berbuat apa meminta tukang sulap untuk menyulap kehidupan mereka seperti keadaan semula. Menurut mereka hanya sulaplah yang bisa mengubah nasib buruk mereka.
10.“Sebatang Pohon di tengah Padang”. Sebatang pohon yang menjadi oase dan tempat hidup bagi kehidupan sekitarnya yang begitu kering dan tandus. DImana kekeringan yang begitu luas dan padang tandus yang tak bertepi hanya berakhir di pohon tersebut. Selebar diameter bayangan pohon tersebut adalah daerah subur yang tidak pernah kekurangan apapun. Apakah ini seperti pohon beringin itu?
11. “Gerobak”. Gerobak-gerobak berisi manusia yang berasal dari Negeri Kemiskinan yang terendam lumpur selalu muncul setiap sepuluh hari sebelum Lebaran dari berbagai sudut kota untuk mengemis di Kota. Mereka akan kembali pulang dan menghilang setelah Lebaran. Namun, Lebaran kali ini berbeda, mereka justru bertambah semakin banyak dan memenuhi setiap sudut kota.
12. “Perahu Nelayan Melintas Cakrawala”. Perpisahan membuat waktu berjalan sangat lambat seperti sebuah perahu yang bergerak lebih lambat dari waktu. Seolah-olah orang yang mengalami perpisahan terjebak dan terpenjara dalam sebuah kartu pos: waktu membeku dan di luarnya waktu terus berjalan.
13. “Kopi, dan Lain-lain”. Saat sebuah perpisahan menjadi sebuah keharusan dan ketiadaan harapan merupakan sebuah kepastian, nilai sebuah barang yang memiliki kenangan menjadi sangat berharga. Dalam cerita ini kopi, bungkus gula, bekas bungkus gula, bungkus garam, dan bungkus merica menjadi kenangan yang tidak akan mungkin terlupakan.
14. “Senja di Kaca Spion”. Apa yang akan terjadi jika matahari menjadi tiga? Di kaca spion mobilnya, matahari senja menjadi tiga buah: tengah, kanan, dan kiri. Ternyata apa yang telah tertinggal di belakang yang dilihatnya melalui tiga kaca spionnya) tidak bisa diulang kembali. Begitulah kehidupan ini.
Selamat membaca!