Memorabilia

Tags


Memorabilia
Kutemukan kembali

tubuhmu dalam lengang

peron stasiun

di antara bangku tunggu

berselimut denyut waktu

dan sobekan tiket kereta 

yang malas bercerita 

pada petugas jaga itu 
tentang perihal-perihal

yang selalu diajukan

ke dada siapa

mimpi-mimpi ditujukan
Sementara gerbong-gerbong 

semakin ramai diserbu

oleh ingatan yang hilir mudik

pada riuh perjumpaan

kubayangkan hari lalu

hidup di hadapanku, serupa

maklumat yang mengudara

ihwal hasrat perjalanan panjang
dimana perasaan-perasaan 

pernah diungkapkan

tempat pertemuan-pertemuan 

saling meninggalkan
(2017)

 

gambar dari Flickr

Sungai-sungai di Matamu

Tags

Sungai-sungai di Matamu

Sungai-sungai di matamu mengalir

sampai mana, duhai? seorang nelayan begitu gebu

merajut benang sendu di jaring miliknya. merawat

ingatan yang dibentangkannya hulu ke hilir

tempat ikan-ikan berkecipak bergantian

tempat harapan-harapan saling ditinggalkan

Sungai-sungai di matamu mengalir

sampai mana, duhai? sepasang katak memberi isyarat,

gerimis yang semakin deras akan menjadi akhir

perjalanan yang dilewatinya dengan debar siasat

tempat kanak-kanak bermain lempar tangkap

tempat mimpi-mimpi saling terperangkap

Sungai-sungai di matamu terbuat 

dari apa, duhai? harapan yang enggan

atau mimpi yang mengecewakan?


(2017)

foto ambil dari sini

nb: bacanya sambil dengerin ini, ya.. (ajohn – river flows in you)

Dalam Lipatan Kain

Kutemukan kembali namamu
dalam lipatan kain

dengkurmu, jatuhan bulu matamu, potongan kukumu
dengung kalimat terakhirmu sebelum pohon angsana itu
tercabut dari pangkal.

“Hallo, sisa dengkurku
telah menyelamatkanmu dari mimpi buruk
dari hari buruk
dari masa lalu yang remuk.”

Tapi jatuhan bulu matamu adalah kangen terbengkalai
potongan kukumu memberi tanda bahwa usia kian selesai
dengung kalimat terakhirmu merupa penolakan hari baru.

Kulipat kain
kulipat namamu
kulipat waktu.

#sajak #kumpulan #puisi #eshategarputra #book #bacaituseru

View on Path

Mutiara!

Tags

 

Tidak sengaja googling “Malam Lebaran”-nya Sitor Situmorang, eh, malah menemukan mutiara. Mutiara yang hilang, kata penyanyi Ernie Djohan. Bagaimana tidak? Sudah dicari-cari sejak dua tahun lalu dan ketemu sekarang. Senang sekali rasanya.

Memang seperti apa sih? Saya bagikan sedikit saja.

Ring Back Tone “Belahan Jiwa”

INI paket biasa? Atau “one day delivery”?

Aku kirim lagi semua suratmu. Surat-cinta-mu.
Dalam satu paket ke alam alamatmu. Aku bisa saja
membuangnya atau membakarnya. Tetapi, ada
banyak sekali namaku kau sebutkan di situ. Aku
hanya ingin kau menghapusnya. Satu-per-satu.

ADA nomor telepon yang bisa dihubungi?

Aku menyebut nomor telepon selularku. Itu
nomor lama yang sudah lama mati. Nomor yang
bersamanya dulu, di kota itu, tiap malam aku
tunggu panggilanmu, dengan ring back tone
lagu manis bagi para KLa-nis: “Belahan Jiwa”.

INI paket isinya apa ya?

“Cinta,” nyaris saja kujawab begitu. Nyaris saja.

 

Airmatanya Leleh

DIA mencintai kabut dan aroma uap kopi
seperti dia mencintai segelas hangat teh
dia mencintai suara Fatur dan Dani. Koor yang rapi
pada bait, “oh, menikahlah denganku..”. Airmatanya leleh.

Ah, dia permata di cincinmu. Ah, kau tebak, dia masih ingatkah?
Kau mengajaknya singgah. “Kau mau kopi? Atau teh?”
Apa saja, katanya, asal kau putar lagu “Kau yang Terindah”
Sendiri. dia nyanyikan lagi, sebisanya mengingat. Airmatanya leleh.

 

Indah, ya? Namanya juga bagian dari mutiara pasti indah. Nah, main-mainlah ke sini http://sejuta1puisi.blogspot.com dan temukan bagian-bagian indah yang lain. Terima kasih bagi siapapun anda yang memiliki blog tersebut. Terima kasih tanpa hingga.

Pemiliknya bilang, Blog itu adalah cagar dan suaka. Saya bilang, blog itu adalah mutiara!

 

 

 

 

Sewaktu Pagi

Tags

Sewaktu Pagi

Sewaktu pagi masih hembusan do’ado’a yang menyelinap di rerimbun embun dan menyalinnya menjadi cahaya para pengembara semenjak itu matahari adalah semacam bekal bagi perjalanan menuju pelukanpelukanmu yang hangat seperti nyala lampion pada hari raya

Kemudian dedaunan menghangat oleh senyummu yang seketika menjelma sebagai awan yang meneduhkan jalanan dari hirukpikuk kecemasan akan sebuah kehilangan ketika hati yang terkadang lupa cara untuk senantiasa berhatihati juga lupa cara bagaimana bertahan dari setiap penyesalan

Tetapi pagi tak pernah menyesal dan tak pula kehilangan eloknya karena hujan tak akan egois meluncur turun hari ini dengan derasnya seperti demam dendam yang telah lama diperam dalam lubuk kegelisahan yang menganga dan membuat hutan di sekitarnya jadi banjir luka

Selama engkau masih setia menjadi tempat singgah dari segala resah dari semua lelah tak lagi perlu waswas apakah awal atau akhir hari menjelma bayang tak bahagia karena kau akan menyadari sejak saat itu aku memang telah terbiasa mencintai engkau yang seperti pagi

 

2013

 

 

Yang Bersembunyi di Balik Pelukan

Tags

Yang Bersembunyi di Balik Pelukan

kamu tak pernah melindungiku,
katamu

padahal kakikaki telanjang
takjuga letih mengitari
tubuhmu yang serupa malam
meski begitu tajam
duri dari rapuh ingataningatanmu
selalu seperti dengan gampang
merobek kenangan jadi kertaskertas muram

lalu lengantangan siapa
yang senantiasa membendung
deras riuh bah
saat matamu takkuasa lagi menahan
pilu yang bertambah ngilunya
di belahan paling ujung
kepalamu bagai diterjang
angan yang jumlahnya ribuan

AKUKAH?

2013

Saat Kau Aku di Atas Ranjang – Sajak Galih Pandu Adi

 

Saat Kau Aku di Atas Ranjang

seperti kau yang tetirah
dari gars-garis tangan
menuju riwayat yang terlampau malam
pada sepi yang telah memaksa kita bertemu
menanggalkan baju-baju,
rencana,
dan tanda-tanda
aku telanjang dan berseteru
pada huruf-huruf di dadaku yang kau pinang
yang terus kau jalin
menjadi semacam rubaiyat paling masgul

kita sama-sama tahu, bahwa nasib memang tak pernah menipu
tapi kau terus menanggalkan baju
menjalin riwayatku,
dan aku terus mengenakan ribuan wajah satu persatu
berbiak,
dan berseteru dengan tubuhku

Semarang, 2012